PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN KLINIK DOKTER MUDA STASE BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM DI ERA NEW NORMAL PANDEMI COVID-19

PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN KLINIK DOKTER MUDA STASE BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM DI ERA NEW NORMAL PANDEMI COVID-19

Pandemi COVID-19 menjadi masalah yang utama pada akhir-akhir ini. Begitu banyak masalah yang ditimbulkan bencana nasional ini. Masalah utamanya adalah jumlah penderita dan kematian yang terus meningkat dari hari ke hari. Berbagai keruwetan terjadi pada upaya pencegahan, deteks, dan respons terhadap Covid-19. Permasalahan juga berkembang tidak hanya pada lingkup kesehatan, namun juga masalah pendidikan, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan-keamanan. Permasalahan menjadi kompleks karena berbagai aspek ikut terdampak sehingga memerlukan berbagai upaya penataan, penyesuaian, dan perubahan yang cukup bermakna. Salah satu upaya pencegahan penularan adalah kebijakan belajar dan bekerja dari rumah. Tujuannya membatasi aktivitas interaksi fisik antar orang untuk mencegah terjadinya penularan COVID-19 terutama terkait orang tanpa gejala Salah satu dampak yang paling dirasakan adalah proses pendidikan bidang kedokteran. Ada dua aspek tidak terpisahkan dalam pendidikan kedokteran, yaitu pendidikan dan pelayanan kesehatan. Pendidikan kedokteran dibagi menjadi dua bagian besar yaitu pendidikan akademik dan pendidikan profesi. Pendidikan profesi terdiri dari program profesi dokter (Dokter Muda/DM), Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS 1), dan program Pendidikan Dokter Subspesialis (PPDSS).

Dampak COVID-19 adalah pencapaian standar kompetensi. Standar kompetensi lulusan pada pendidikan akademik dan profesi merupakan kriteria minimal tentang kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran pendidikan akademik dan profesi. Pembatasan aktivitas fisik hanya memungkinkan pembelajaran jarak jauh terkait aspek kognitif secara online. Aspek psikomotor dan afektif sulit dilaksanakan sehingga kegiatan praktikum, tugas lapangan, kegiatan di rumah sakit, dan penelitian sulit berjalan. Kegiatan ini tidak dapat tergantikan dengan model pembelajaran jarak jauh secara online. Aspek psikomotor pada jenjang akademik merupakan aspek penting yang paling terdampak bencana ini karena memerlukan kehadiran fisik, misalnya praktikum anatomi, histologi, faal, biokimia, keterampilan medik, dan lain-lain. Pada jenjang profesi, rotasi pembelajaran klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Bedah, Ilmu Kesehatan Anak, Obsgyn, dan lainnya menjadi sulit atau tidak dapat terlaksana. Kegiatan e-learning dan e-exam di rumah hanya menjangkau aspek kognitif.

Pendidikan doter muda di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret pada masa pandemi menerapkan sistem on-off dimana Sistem On adalah ketika dokter muda masuk ke rumah sakit dan melakukan Hands on sedangkan sistem adalah ketiga dokter muda belajar di rumah dengan metode daring. Menjadi keterbatasan bahwa ada beberapa kompetensi yang hilang antara lain kompetensi kegawatan dimana biasanya dokter muda jaga di unit gawat darurat rumah sakit sehingga menemui kasus kegawatan kompetensi-kompetensi tertentu seperti pemeriksaan fisik paru paru pada pasien dengan kelainan paru juga tidak ada, selain itu kompetensi-kompetensi penyakit yang tidak didapatkan karena adanya pembatasan dari rumah sakit seperti penyakit pneumonia atau infeksi paru lainnya. Adanya beberapa kasus Dokter residen dan dokter muda yang terinfeksi covid 19 membuat rasa takut pada dokter muda untuk melakukan pemeriksaan kepada pasien. Sehingga system pengajaran menjadi tidak efektif dan banyak kompetensi yang hilang

Isu yang diangkat oleh penulis adalah terkait dengan Pendidikan dokter di era COVID 19, hambatan pencapaian kompetensi profesi dokter umum di bidang penyakit dalam banyak yang tidak tercapai. Analisis untuk penyelesaian isu yang dilakukan, yaitu dengan menggunakan diagram sebab-akibat Fishbone Diagram. Gagasan Pemecahan Isu dengan membuat video pemeriksaan fisik paru, melakukan simulasi kasus penyakit tersebut yang disajikan dg online, membuat video safety briefing dokter muda (Cuci tangan, Penggunaan alat pelindung diri), Pengayaan kasus yang tidak didapatkan dokter muda (COVID 19) dengan Pembuatan buku referensi COVID 19, dan pembuatan jurnal COVID 19 untuk presentasi di symposium internasional. Melihat isu yang ada, diharapkan dapat menjadi modal bagi penulis untuk mengembangkan lebih lanjut metode pembelajaran di era pandemic COVID-19.

Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil juga menerapkan agenda habituasi sebagai salah satu kurikulum pembentukan karakter PNS. Pembelajaran Agenda Habituasi berkaitan dengan mata pelatihan yang telah dipelajari (mata pelatihan Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara, Analisis Isu Kontemporer, Kesiapsiagaan Bela Negara, Akuntabilitas PNS, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, Anti Korupsi, Manajemen ASN, Pelayanan Publik, serta Whole of Government). Sehingga nantinya, PNS diharapkan mampu melaksanakan peran dan kedudukannya dalam menginternalisasi berbagai nilai tersebut di unit kerjanya masing- masing agar menjadi PNS yang profesional. Penulis yang merupakan dosen di fakultas kedokteran UNS mengambil tema pembelajaran di masa pandemic sebagai tema kegiatan aktualisasi. Kegiatan aktualisasi ini dilaksanakan pada tanggal 14 Agustus sampai dengan 25 September 2020 di lingkungan fakultas kedokteran UNS.

Gambar 1. Kegiatan pembuatan video pemeriksaan paru yang dilaksanakan pada 14 agustus 2020 sampai dengan 31 Agustus 2020

Gambar 2. Draft Buku COVID 19 di RS UNS yang dibuat pada 14 Agustus 2020 sampai dengan 25 September 2020.

Gambar 3. Kegiatan simulasi kasus yang dilaksanakan pada 20 September 2020

Gambar 4. Pembuatan Video safety Briefing dokter muda yang dilaksanakan pada 28 Agustus 2020

Kegiatan aktualisasi ini setidaknya menjadi panduan penulis untuk dapat mengaktualisasikan ilmu yang ada dalam pelatihan dasar CPNS, khususnya untuk Agenda II nilai ANEKA ASN, dan Agenda III yang berupa Kedudukan dan Peran ASN dalam NKRI pada saat dilakukan habituasi selama 30 hari setelah kegiatan on-campus pertama berakhir. Implementasi tidak begitu banyak hambatan dan mendapatkan respon positif dari para mahasiswa.